Mengenai Saya

Foto saya
Kudus, Jawa Tengah, Indonesia

Kamis, 25 Mei 2017

Contoh Essay F-Kis Universitas Trunojoyo Madura

  
INOVASI REFINERY GARAM MADURADENGAN TEKNOLOGI TUPEMNAS 
(TUNGKU PEMANAS)




 




Lomba essay se-Madura

Oleh:
Siti romlah
Muna Alfadlilah

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2017


Pendahuluan
Garam merupakan salah satu komoditas yang berperan penting dalam peningkatan devisa negara. Garam dibutuhkan oleh masyarakat dalam berbagai sektor baik sektor rumah tangga maupun industri. Layaknya sebuah negara yang berkembang,  penurunan impor dan peningkatan ekspor suatu komoditas sangat diharapkan. Sumber daya yag dimiliki oleh Indonesia memiliki potensi untuk mendukung swasembada garam. Dalam konteks pemenuhan garam nasional, Indonesia merupakan negara yang memilki garis pantai terpanjang kedua di dunia sehingga dimungkinkan untuk memenuhi kebutuhan garam nasional dan menjadi salah satu negara eksportir garam terbesar di dunia.
Produksi garam nasional di Indonesia sepanjang tahun 2016 mengalami keterpurukan yang sangat besar. Hal itu ditandai dengan gagalnya produksi garam mencapai target nasional yang ditetapkan Pemerintah Indonesia. Di sepanjang tahun tersebut, produksi garam konsumsi hanya sanggup mencapai 144.009 ton saja. Jumlah tersebut hanya 4,6 persen dari target 3 juta ton[1]. Dari hal tersebut maka menuntut indonesia untuk impor garam dalam rangka menutupi kekurangan dari kebutuhan garam nasional.
Madurayang biasa dikenal dengan sebutan pulau garam mempunyai peran penting dalam mendukung ketersediaan garam nasional. Tambak garam yang dimiliki Madurasebanyak 4.572 petak dengan wilayah-wilayah utama penghasil garam antara lain, Sumenep, Pemekasan dan Sampang[2]. Produksi garam di Madurapada tahun 2016 mengalami penurunan sekitar 2 ton per petak dari pada tahun-tahun sebelumnya. Penurunan produksi tersebut disebabkan karena kondisi cuaca yang tidak menentu. Akibat fenomena alam berupa kemarau basah (lanina) yang melanda Maduramenyebabkan turunnya kuantitas dan kualitas garam lantaran cuaca yang tidak menentu. Hal tersebut dapat mengurangi nilai jual garam tersebut.
Selain itu, Permasalahan utama yang dihadapi produsen garam lokal saat ini adalah belum tersedianya refinery garam. Refinery garam digunakan oleh produsen garam untuk melakukan proses pengkristalan dan pemurnian garam dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, sehingga diharapkan dapat menghasilkan produksi garam yang lebih besar dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi dalam waktu yang singkat. Sejauh ini, pengolahan garam masih dilakukan dengan cara konvensional, sehingga membutuhkan waktu dan proses yang cukup panjang untuk menghasilkan garam yang siap pakai. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan sebuah teknologi dalam pengelolaan produksi garam di Maduraguna meningkatkan produksi garam nasional yang lebihberkualitas dan dalam jumlah yang lebih besar.

Pembahasan
            Data BPS mencatat bahwa 60% garam berasal dari madura, itu artinya bahwa Maduratermasuk wilayah yang banyak menghasilkan garam sampai sekarang.[3]Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan produksi garam yaitu dengan menerapkan suatu teknologi pendukung seperti Tupemnas (tungku pemanas) pada pengolahan lahan garam yang ada di Madura. Teknologi ini memilikikonsep yang mudah diterapkan yang dapat mendukung untuk pengolahan garam secara efisien dan optimal dalam meningkatkan nilai tambah dan memudahkan memproduksi garam secara bersih.
Kita awali dengan pola pemahaman teknologi masyarakat yang ada di Madura. Secara umum masyarakat Maduramemilliki pemahaman yang rendahdalam pemanfaatan teknologi zaman sekarang. Seiring perkembangan zaman dan teknologi semakin maju diperlukan adanya pemanfaatan teknologi secara optimaldengan pola fikir maju, tetapi  masyarakat Maduramasing kurang dalam hal ilmu pengetahuan. Maka dengan itu perlunya adanya sosialisasi yang lebih luas tentang informasi menyeluruh terkait teknologi dan potensi Maduratersebut, kemudian dilanjutkan dengan praktek untuk pemanfaatan teknologi dan sumber daya alam yang ada disekitar masyarakta madura.
Sosialisasi dilakukan dalam bentuk memperkenalkan teknologi yang dapat diterapkan dalam pengelolaan garam di Madura. Diantaranya adalah dengan menggunakan teknologi Tupemnas.  Penerapan sistem tersebut didasarkan pada tungku pemanas untuk menguapkan air kristal garam yang terlarut. Inovasi teknologi ini akan memberikan peningkatan nilai tambah dalam proses produksi secara kuantitatif dan kualitatif. Sistem ini juga membentuk pengolahan garam yang baik dan bersih tanpa wana kecoklatan. Tidak hanya itu, jika dibandingkan dengan pengelolaan garam secara tradisional, penerapan teknologi tupemnas ini membutuhkan waktu yang relatif singkat. Jika pada proses produksi garam tradisional yang menggunakan sinar matahari dibutuhkan waktu produksi sekitar 10-15 hari dalam 1 operasi, namun dengan teknologi tupemnas, proses produksinya beberapa kali lebih singkat. Operasional produksi pabrik ini berjalan setiap hari yaitu jam 07.30-16.00 dengan jangka waktu istirahat dari jam 12.00-13.00.
Pengaplikasian konsep teknologi tupemnas ini diawali dengan bebeberapa langkah, diantaranya:
1.      Bahan baku air laut dengan volume tertentu dialirkan pada tungku pemanas I sesuai dengan kapasitas tungku pemanas tersebut.  Bahan baku air laut tadi akan dideteksi jumlah volumenya dan nilai kesadahannya secara uji titrasi sederhana. Sehingga bisa ditentukan jumlah reagen yang diperlukan untuk mengendapkan ion Ca 2+ dan ion Mg 2+.sehingga kedua ion tadi akan terendapkan lebih dahulu dan dipisahkan.
2.      Larutan garam (air laut) yang telah dipisahkan dari endapan Mg dan Ca, dipanaskan sehingga seluruh pelarut air menguap dan tersisa endapan kristal garam NaCl yang kemungkinan masih mengandung ion-ion pengotor.
3.      Kristal garam NaCl yang telah terbentuk diayak sehingga bentuk dan ukuran kristalnya lebih kecil dan halus, proses ini untuk memperluas permukaan kristal NaCl dan mempermudah pemisahan garam NaCl dari pengotor-pengotor yang terjebak diantara butiran kristal. Kemudian dicuci dengar air kembali. Proses ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas garam yang dihasilkan. Air yang digunakan berasal dari air hasil kondensasi proses awal yaitu penguapan air laut.
4.      Kemudian larutan garam jenuh diuapkan kembali dengan pemanasan sehingga terbentuk kembali kristal garam dengan kualitas yang lebih baik (proses rekristalisasi). Garam NaCl yang terbentuk kemudian diolah selanjutnya sesuai kebutuhan menjadi garam dapur atau garam industri.[4]

            Analisis perhitungan produksi dari implementasi teknologi ini dapat dilakukan sebagai rencana spesifikasi tungku pemanasan: jari-jari = 2 meter, tinggi = 4 meter, sehingga kapasitas tungku pemanasan= Π x r2 x t = 3,14 x 22 m x 4 m = 50,24 m3 = 50.240 liter . Setiap hari dilakukan 4 kali operasi, setiap operasi dialirkan volume air laut sejumlah 50.200 liter, dengan rata-rata kadar garam pada air laut adalah 33 gram/1 liter. 
Sehingga dapat dihasilkan maksimal= 50.200 x 33 gram =1.656.600 gram= 1.656,6 kg .
Hasil produksi dalam 1 hari = 4 kali operasi x 1.600 Kg =  6.400 Kg
Hasil produksi dalam 1 tahun = 6.400 Kg x 300 hari efektif = 1.920.000 Kg = 1920 ton.
Jadi jika tersedia 2 tungku dengan ukuran jari-jari 2 meter dan tinggi 4 meter maka kapasitas produksi garam yang akan dihasilakan adalah 3840 ton/tahun (2 x 1920=3840). Angka tersebut akan semakin tinggi jika kita meningkatkan kapasitas tungku atau menambah jumlah tungku. Secara kuantitas, tentu hasil proses tradisional jauh dibawah hasil proses produksi dengan menggunakan tungku pemanasan.
Pemaparan diatas menjadi alasan untuk mengambil tindakan baru yaitu menerapkan teknologi Tupemnas sebagai pendukung dalam meningkatkan potensi Madurasekarang ini. Dengan penerapan tersebut mempunyai tujuan yang lebih diarahkan untuk meningkatkan pengolahan lahan garam dan diharapkan dapat mendukung produktivitas pengolahan garam di Madura. Pada penerapan teknologi ini masyarakat diberikan suatu bentuk pelatihan dengan mengandalkan stakeholders (pemerintah (pemerintah pusat dan pemerintah daerah), investor, dan perangkat-perangkat desa setempat) sebagai motoriknya dan menyediakan segala kebutuhan input produksi untuk meningkatkan produktivitas garam di madura.
Penutup
            Garam merupakan salah satu komoditas yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Dari beberapa kendala dalam produksi garam saat ini berupa kondisi lingkungan yang tidak menentu maka diperlukan teknologi untuk memelihara produktifitas garam di madura. Solusi yang ditawarkan adalah dengan penerapan konsep teknologi Tupemnas. Dengan teknologi Tupemnas ini maka akan memberikan nilai tambah dalam menjaga kuantitas serta kualitas garam lokal madura.
            Pengembangan beberapa teknologi terbaru yang mudah diterapkan oleh masyarakat diharapkan mengurangi angka kemiskinan dengan mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat sebagai pengaplikasinya, dan yang pasti ikut menambah nilai ekonomi masyarakat dalam potensi sumber daya alam di madura.

Daftar pustaka
BPS. 2016. Jawa timur dalam angka. Surabaya.
Maduraku. 19 Agustus 2016. Produksi garam Maduracapai 914.484 Ton.
Wahyu, Aji dan Hendra Gunawan. 2017. Menyedihkan, Target Produksi Garam 2016 hanya tercapai 4,6 persen. Tribbunnews. Diakses pada tanggal 26 April 2017.
Wustoni, shofarul, Almasul Alfi dan Aisyah. 2015. Inovasi proses produksi garam untuk kemandirian Indonesia.   ITB.


[1]Aji wahyu dan hendra gunawan. Menyedihkan, Target Produksi Garam 2016 hanya tercapai 4,6 persen. Tribbunnews. 2017.
[2]BPS. Jawa timur dalam angka. Surabaya. 2016.
[3]Maduraku. Produksi garam Maduracapai 914.484 Ton.19 Agustus 2016.
[4]Wustoni, shofarul, Almasul Alfi dan Aisyah. Inovasi proses produksi garam untuk kemandirian Indonesia.   ITB. 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar